Teruslah Bertaring, Pak Polisi

0
215

SEMARANG – POLISI dicaci polisi di hati. Mungkin istilah itu tepat untuk menggambarkan apa yang tengah terjadi sekarang ini pada institusi Polri. Di satu sisi, berbagai persoalan yang melibatkan oknum anggota Polri menyita perhatian besar. Bahkan beberapa waktu lalu, hastag Percuma Lapor Polisi sempat mebahana di jagad media sosial.

Sebagai institusi yang sangat besar plus berhubungan langsung dengan masyarakat, Polri tentu selalu disorot. Sebut saja kasus dugaan merudapaksa anak tersangka yang dilakukan oknum Kapolsek di Sulawesi Tengah hingga polantas yang pacaran di mobil dinas. Semuanya jadi sorotan netizen dan media arus utama.

 

Polisi punya ratusan ribu anggota yang semuanya adalah manusia biasa. Mulai dari pangkat terendah hingga Kapolri sekalipun, adalah manusia yang tak luput dari kesalahan.

Bedanya, mereka adalah Polri sehingga sorotan akan lebih besar. Karena mereka manusia biasa pulalah, tentunya Polri harus bisa berbenah dan menjadi lebih baik ke depannya. Bukankah katanya, pengalaman adalah guru terbaik?

 

Di sisi lain, kinerja Polri juga patut diapresiasi. Secara pribadi, saya kerap merasa terganggu dengan SMS tawaran pinjaman bunga rendah, proses mudah, dan cepat. Saya tidak tahu apakah tawaran itu dari pinjaman online ilegal atau tidak karena saya tak pernah menggubrisnya.

 

Namun setidaknya, saat Polri gencar memberangus pinjaman online ilegal, pesan singkat mengenai hal itu tak pernah ada lagi.

 

Apresiasi juga berdatangan dari masyarakat, termasuk di Kota Semarang. Warga sangat mendukung Polri dalam memberantas pinjol ilegal karena sudah sangat meresahkan dan dampaknya sudah mengkhawatirkan.

 

Bahkan secara tidak langsung pinjol ilegal telah memakan korban jiwa di mana si korban pinjol asal Wonogiri itu pilih mengakhiri hidupnya karena tak kuat dengan teror penagih utang pinjol ilegal.

 

Pada dasarnya, pinjol ilegal, juga berpikir ulang untuk meneror bila korbannya lapor polisi. Buktinya, seperti yang dikatakan Ketua Dewan Pendiri Lembaga Bantuan Hukum Rumah Pejuang Keadilan Indonesia (LBH Rupadi) Joko Susanto. Menurutnya, ia pernah punya klien yang diteror pinjol ilegal. Setelah mengadu ke Ditrekskrimsus Polda Jateng, teror itu berhenti.

 

Hal itu juga membuktikan bila polisi tetap “punya taring” bagi mereka yang berpotensi melanggar hukum. Dengan lapor ke polisi, setidaknya teror yang dialami klien Joko Susanto itu berakhir. Demikian juga dengan teror pada rekan-rekan klien bersangkutan itu.

 

Tidak hanya pada pinjol ilegal saja. Banyak sekali kasus-kasus di mana orang yang tadinya segarang macan lapar, jadi kucing jinak bila sudah di kantor polisi. Bentakan-bentakan disertai ancaman serta wajah garang, berubah jadi pucat, nada bicara yang halus, rangkaian kalimat permintaan maaf, bahkan tak jarang dibarengi dengan tetesan air mata.

 

Biar bagaiamanapun juga, polisi tetap “bertaring”. Karena itulah, segenap rakyat Indonesia berharap, taring polisi itu digunakan untuk menggigit mangsa yang seharusnya. Bila macan di hutan berburu kijang dan membunuhnya, tidak akan ada penyayang binatang yang menghujat. Namun jika gajah mencari makanan di dapur warga, tentu hal itu jadi pertanyaan semua orang, apakah habitatnya sudah rusak sehingga harus cari makan di permukiman.

 

Demikian juga Polri. Saat ini, saya yakin 100 persen jika sebenarnya lebih banyak taring Polri digunakan untuk menggigit mangsa sebagaimana mestinya, para pelanggar hukum yang membuat keresahan. Namun sebagai institusi besar, namanya oknum tetap tak bisa dihindari. Tinggal bagaimana menciptakan sistem reward dan punishment terbaik agar bila ada oknum berbuat salah, masayakat yakin bila institusinya akan memberi hukuman setimpal. Nuwun Pak Polisi, teruslah bertaring. Dikutip  https://jateng.tribunnews.com/2021/10/27/fokus-teruslah-bertaring-pak-polisi Oleh Galih Pujo Asmoro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here